Channel Youtube Watchdoc Documentary film yang berjudul
“Belakang Hotel” di publikasikan pada tanggal 5 Febuari 2015, menceritakan
tentang kompetisi perebutan air tanah antara warga dan industri pariwisata di
Yogyakarta. Video yang dibuat oleh beberapa orang yang mengambil beberapa
bagaian, diantaranya adalah Aris Yanuar, Dandhy Laksono, Mas’ud Fahlafi,
Praditya A Hanafi, Teguh Supriyadi; N Widyo Utomo sebagai video editor; Akhmad
Nasir, Elanto Wijoyono sebagai riset; M Natsir, Edi Suryadi, Dodo Putrabangsa,
Heri Mulyani, Eko Teguh sebagai cast.
Pada pembukaan video diceritakan seorang remaja lai-laki
yang sedang bernyanyi menggunakan gitar di depan sebuah warung makan yang
kondisinya agak kumuh dan kurang penerangan. Kemudian diberikan sedikit data
pada tahun 2003 ada sebanyak 7.237 hotel yang berdiri. Tahun 2013 ada sebanyak
10.303 hotel. Kemajuan pembangunan hotel semakin berkembang pesat. Hal ini
dapat meresahkan warga karena mempengaruhi debit air yang didapatkan warga.
Agustus 2014, seorang warga laki-laki berambut panjang
dan keriting dengan ada tato di bagian tubuhnya yang tidak di beritahukan
namanya melakukan aksi mandi dan menggosok gigi menggunakan pasir di depan
hotel Fave. Aksi ini ia lakukan untuk meluapkan rasa kekecewaannya terhadap
hotel tersebut karena tidak ada respon yang diberikan pihak hotel mengenai
kekeringan air tersbeut. Ia menceritakan, pada tahun 1977 saat ia lahir dan
baru tahun ini ia merasakan kekeringan sumur. Kalaupun musim kemarau datang,
sumur masih bisa ditimba. Pihak hotel mengatakan bahwa tidak menggunakan sumur
bor lagi, tetapi sudah meggunakan PDAM.
Seorang ibu paruh baya yang memakai baju berwarna kuning
berjalan dengan manarik troli dengan drigen di atasnya. Bertujuan untuk
mengambil air dari keran dekat kiosnya. Ia mengeluhkan kesusahan air. Sedangkan
suaminya, telah membuat brosur bertuliskan “Kembalikan air kami”, “Periksa
sumur hotel2”, “Warga resah”. Ia berharap kesusahan air bersih dapat segera
diselesaikan.
Berlokasi kebun binatang, Gembira Loka 500 M, beberapa
warga menceritakan kesulitan air yang menimpa mereka. Seorang ibu yang membeli
pompa air baru. Ia mengira pompa sumurnya rusak, padahal tidak. Hal ini
dikarenakan memang airnya yang tidak mau naik. Bapak berpakaian baju warna
putih ingin klarifikasi dari Fave hotel. Ia ingin kejelasan tentang keringnya
air di rumah-rumah warga. Sedangkan ibu ynag memakai baju setelan batik
berwarna hijau mengatakan bahwa ia mendapatkan air bersih dari tetangganya. Ia
merasakan kekeringan sumur sejak menjelang lebaran. Pak Anto salah satu warga
Yogyakarta sudah mmeperdalam sumurnya, akan tetapi belum menunjukkan hasilnya.
Ibu memakai baju berwarna ungu merasa kesusahan tidak ada air. Pada tahun 1957,
ibu berdaster batik memiliki sumur sejak neneknya masih hidup belum pernah
mengalami kekeringan air. Baru kali ini sumurnya kering.
November 2014, berlokasi Penumping, Maliboro warga sudah
menggunakan 2 mesin untuk mensuntik sumur. Seorang ibu berusaha mendapatkan air
dengan cara menimba air di sumur sebanyak 20 kali. Ia merasa kesulitan untuk
mengambil air di sumur, karena sekali ambil, sangat dikit airnya. Ia terpaksa mandi di pasar, 2rb/sekali mandi.
“Dari bayi sampai tua seperti ini baru kali ini mandi di pasar,” tuturnya.
Sedangkan 3 orang ibu sedang berbincang di depan halaman rumah. Salah satu dari
mereka mengatakan bahwa merasa takut bila minum dari air sumur, karena bau bangkai
tikus. Seorang bapak mengatakan baru kali ini kesulitan air yang melanda
Yogyakarta, karena pembangunan hotel yang merugikan masyarakat. Kamera lubang
bor digunakan warga untuk mengetahui kondisi sumur.
Berlokasi di Kotagede, akar kerajaan Matara, warga
setempat mengatakan belum pernah kekeringan, walaupun kering masih bisa ditimba
dan ada airnya. Sudah menambah sampai 3 mesin poma belum pernah kering, tapi
sekarang kering. Sudah tidak kuat dengan kekeringan ini, puluhan warga
melakukan aksi unjuk rasa dengan poster yang telah di buat di depan Fave hotel.
Warga berusaha untuk mengembalikan sumur mereka yang kering.
Dari cerita di atas, film tersebut termasuk dalam jenis
film dokumenter investigasi. Karena menceritakan bagaimana kisah kesulitan
warga Yogyakarta mendapatkan air. Secara keseluruhan film ini menarik, dengan
menampilkan beberapa kota yang akan dibahas menggunakan Drone. Akan tetapi, ada
beberapa bagian yang kurang tentang pihak Fave hotel tidak begitu diekspos.
Alangkah baiknya, bila ada penjelasan dari Fave hotel tersebut. Karena di video
ini hanya bagian warga saja yang kesulitan air. Jadi membuat penonton sudah
mengetahui alur ceritanya.
Comments
Post a Comment